KatongNews, Ambon - Saat dunia memasuki era millenium, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), justru berada dalam kubangan konflik internal. Peseteruan politik para Kader HMI di tingkat Pengurus Besar, membuat tradisi Intelektual kader semakin tergerus. HMI kehilangan entitas politik nilai, fase inilah yang sering disebut sebagai fase kebekuan HMI. Demikian pernyataan Karateker HMI Cabang Ambon, Arista Junaida, Sabtu (8/2).
Fase kebekuan HMI, ditandai dengan kebuntuan kader HMI
saat ini, dalam mengeskplor potensi intelektual serta ketidak
mampuannya dalam membangun posisi politik yang mandiri. "Dari segi
intelektual, kader HMI masih berada dalam bayang-bayang
pemikiran, tanpa mampu mengupgrade proyek pemikiran Islam Modernitasnya.
Juga dari segi politik, kader HMI masih mengandalkan kekuatan politik
para alumninya, bukan karena kemampuan berpolitiknya," terang Arista.
Kebekuan
HMI, adalah kritik soal kenyataan HMI terkini. Di tahun 2000-an, memang
lebih banyak berkonflik, ketimbang bekerja dan mengukir prestasi. Hal
ini bisa dijadikan indikator, bahwa kualitas dan kematangan kader HMI semakin menurun.
"Bisa
dipastikan, jika kenyataan kualitas kader HMI saat ini tak sehebat para
pendahulunya, maka kita bisa mendapat kenyataan HMI esok hari. Logika
alamiah mengajarkan, bahwa wajah masa depan hanyalah putaran maju yang mengikuti pondasi dasar," tegas Mahasiswa Magister Tingkat Akhir di Universitas Indonesia itu.
Kita
tahu betul, bahwa HMI saat ini mengalami degradasi di berbagai lini.
Secara internal, kesolidan kader dalam membesarkan organisasi, selalu
retak oleh kepentingan kelompok masing-masing. Seringkali terjadi
konflik dan perpecahan, politisisme kader mengalahkan profesionalisme
dalam mengelolah organisiasi. "Semangat berpolitik kader HMI yang
harusnya disandarkan pada politik nilai politik gagasan,
tergeser oleh pragamatisme politik. Nampaknya paham politik machevelias
menjadi mainstream berfikir kader HMI," tuduhnya.
Di umur ke-67
ini, HMI semakin mengalami kemunduran kepercayaan diri, hingga tingkat
intelektual kader semakin tergerus, hal ini yang menjadi masalah
terpuruknya kader HMI yang bedah jauh dengan para kadernya
terdahulu. "Semakin bertambah umurnya, kader HMI mulai kehilangan
identitasnya dan nilai dasar perjuangan mulai jauh dari cara pikir kader
HMI," imbuhnya.
Arista meminta, di umur yang ke 67 ini, kader HMI
mampu menjawab tantangan global dan bisa membawa HMI ke cara pikir
seperti yang di raih para keder terdahulu, jangan lagi ada
gerbong-gerbong dualisme yang mempengaruhi cara pikir kader HMI
itu." Mudah-mugahan di umur ke-67 ini, kader HMI mampu menjawab
tantangan global dan bisa mengembalikan identitas HMI seperti dulunya,
dan tidak lagi mengulangi kejadian-kejadian yang bisa membuat
cara pikir kader jauh dari Nilai Dasar Perjuangan itu," pinta Wakil
Sekretaris Jenderal Sosial Politik PB HMI.***(Aytur)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar