Home » » Menanggapi Fenomena Red Tide Di Pulau Ay Banda Naira

Menanggapi Fenomena Red Tide Di Pulau Ay Banda Naira

Written By Unknown on Senin, 22 Juni 2015 | 08.55

KatongNews, Ambon - Fenomena perubahan warna laut dari warna biasanya menjadi warna merah seperti darah di Pulau Ay Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah, merupakan hal yang bisa terjadi kapanpun. Fenomena ini bahkan pernah terjadi di Kota Ambon antara tahun 1994 dan 1997. Hal ini diungkapkan Dosen Luar Biasa IAIN Ambon alumni Ilmu Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) M Jais Patty, M.Si, kepada wartawan, Selasa, 23 Juni.

Menurut alumni IPB yang sudah lalang buana di dunia penelitian kelautan seperti ekologi terumbu karang ini, kondisi red tide di Pulau Ay Banda Naira, beberapa waktu lalu, merupakan hal yang bisa terjadi kapanpun. Penyebutan Red Tides memang awalnya digunakan akibat dari bloomingnya (ledakan, melimpah) alga merah mikroskopis di perairan. Tetapi, bukan hanya alga merah saja yang potensial menyebabkan Red Tides. Ada pula beberapa jenis alga hijau dan coklat, yang dapat menyebabkan kejadian serupa. Misalnya, sebut Jais, jenis Noctiluca yang saat malam mengeluarkan cahaya. "Kalau terjadi bloomming air laut akan terlihat terang kebiruan. Sebenarnya atas beberapa kejadian itu, istilah Red Tides telah ditinggalkan karena dianggap kurang tepat. Kemudian lahir istilah HAB (Harmful Algae Blooming)." 

Ia menjelaskan, pemicu dari kejadian ini, bisa karena alga asing terbawa oleh kapal dari luar sebagai pembuangan ketika berlabuh, atau akibat pengayaan (eutrofikasi) nutrien di perairan. Misalnya, akibat up welling (penaikan masa air laut dari dasar perairan). Ia menuturkan, Nutrien (Fospat, Nitarat, dll) yang dibawa masa air ini penting untuk Alga dan plankton.

Pada musim timur, up welling terjadi di seluruh perairan Banda. Sehingga kuat dugaan, terjadinya blooming tersebut. Namun, bahaya mengintai di lokasi tersebut, karena biota laut yang dikonsumsi dari wilayah kejadian itu bisa menimbulkan keracunan serius, terutama beberapa biota laut yang bersifat filter feeder, seperti kerang, tridacna dll.

Untuk itu, Jais berharap, agar masyarakat di daerah sekitar tidak mengkonsumsi biota laut di daerah kejadian. Karena, hal ini dapat menyebabkan keracunan yang ditumbulkan oleh biota, yang sudah terkontaminasi dengan alga penyebab kejadian tersebut. Ia juga menyarankan kepada pemerintah, agar supaya segera mengirim tim untuk mengambil sampel dalam melakuakan penelitian terhadap kejadian tersebut. Karena, bisa jadi, kejadian ini disebabkan oleh ulah manusia, dan juga karena kejadian alam. 

Sementara soal asumsi masyarakat bahwa akan terjadi hal-hal gaib setelah kejadian ini, dirinya tidak berani memberikan komentar. Hanya saja, fenomena tersebut merupakan hal biasa yang dapat terjadi kapan dan di manapun. Namun demikian, perlu dilakukan penelitian oleh pemerintah terhadap kejadian tersebut, sehingga tidak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memberi penjelasan yang tidak ilmiah. Pemerintah patut memberikan penjelasan dari kejadian ini, sehingga tidak menimbulkan multitafsir dari asumsi masyarakat setempat, dan Maluku pada umumnya. 

Fenomena ini sudah banyak dilaporkan terjadi di Indonesia. Misalnya, yang terjadi di muara-muara sungai Teluk Jakarta sejak Tahun 1992, 1994, 1997, 2004, 2005, 2006. Di Pulau Ambon tahun 1994 dan 1997; perairan Cirebon-Indramayu tahun 2006 dan 2007, Selat Bali dan muara sungai di perairan pantai Bali Timur tahun 1994, 1998, 2003, 2007; Nusa Tenggara Timur tahun 1983, 1985, 1989. Meski kerap terjadi, inventarisasi terjadinya red tide di Indonesia, sampai saat ini masih belum terdata dengan baik, termasuk kerugian yang dialami. Namun secara umum, kerugian secara ekonomi akibat dari red tide ini, adalah tangkapan nelayan yang menurun drastis, gagal panen para petambak udang dan bandeng, serta berkurangnya wisatawan karena pantai menjadi kotor dan bau oleh bangkai ikan, tulis mantan Koordinator Maluku Media Center (MMC) Dino Umahuk, dalam akun facebooknya. (henzza)
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. KatongNews - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger